Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

018-Madhupindikasutta.

MADHUPINDAKA SUTTA

1. Demikian yang saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Nigrodhārama, Kapilavastthu, di kerajaan suku Sakka (Sakya).

2. Ketika menjelang pagi, Sang Bhagava selesai menyiapkan diri, sambil membawa mangkuk (patta) dan jubah luarnya (civara), beliau pergi ke Kapilavatthu untuk menerima dana makanan (pindapata). Seusai pindapata, dalam perjalanan pulang beliau pergi ke Mahavana (hutan besar) untuk beristirahat di situ pada hari itu. Setelah berada di Mahavana untuk beristirahat, beliau duduk di bawah pohon Beluvalatthika. Pada waktu itu, Dandapani, seorang Sakya, yang biasa jalan ke sana ke mari, bepergian dengan berjalan ke arah Mahavana. Setelah memasuki Mahavana ia menuju pohon Beluvalatthika di mana Bhagava berada; setelah mendekat ia memberi salam kepada Bhagava. Setelah saling memberi salam dan menyapa dengan santun, ia berdiri di samping sambil bertopang pada tongkatnya.

3. Kemudian ia bertanya kepada Bhagava: “Petapa, apakah ajaran (vada)-mu dan apa pandangan-pandanganmu?”

4. 'Kawan, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa dia tidak berselisih dengan siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para mahluk suci, dalam generasi ini, para petapa orang-orang suci, para Raja, dan para rakyat jelata, sebagaimana seorang mengatakan bahwa pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci apabila seseorang hidup dari keinginan akan segala macam keadaan apapun, maka demikianlah apa yang Aku ucapkan, kawan, maka demikianlah apa yang Aku khotbahkan.

5. Setelah Yang Mulia mengucapkan kata-kata tersebut, si Pembawa Tongkat, seorang suku Sakya itu menggelengkan kepalanya, menggoyangkan lidahnya, mengerutkan dahinya sehingga menimbulkan tiga garis kerutan pada kening­nya. Kemudian ia pergi sambil bertopang pada tongkatnya.

6. Ketika hari petang, Yang Mulia bangkit dari meditasinya dan Beliau pergi ke Taman Nigrodha di mana Beliau duduk pada sebuah bangku yang telah dipersiapkan untukNya, ketika Beliau duduk, Beliau mengatakan pada para bhikkhu apa gerangan yang telah terjadi, setelah itu salah seorang di an­tara bhikkhu bertanya kepada Yang Mulia :

7. 'Tetapi Tuanku Yang Mulia, apakah artinya ucapan tadi ketika Yang Mulia mengatakan bahwa apabila seseorang tidak berselisih kepada siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para mahluk suci dan di dalam generasi ini, dengan para petapa dan orang-orang suci, para raja dan para rakyat jelata ? Dan Tuanku Yang Mulia, bagaimana mungkin penger­tian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci apabila seseorang hidup terlepas dari nafsu indra, dari keragu-raguan, dari kecemasan, dari keinginan akan segala macam bentuk apapun ?

8. 'Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terja­di pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecendrungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemikul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengka­ran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; di sinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas'.

9. Demikianlah Jawaban Yang Mulia sesudah mengatakan demikian Yang Mulia bangkit dari duduknya pergi ke tempat tinggalnya.

10. Kemudian setelah Yang Mulia pergi, para bhikkhu berfikir: 'Saat ini, teman-teman, Yang Mulia telah bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya, setelah memberikan wejangan singkat (intisari) tanpa terper­inci, inilah yang diucapkan Beliau : "Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperolah seseo­rang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua ke­cenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; "Ini adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengan­dalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengakaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas". 'Kini, siapa gerangan yang akan membabarkan secara terperinci ucapan tersebut ?' Para bhikkhu teringat akan Yang Arya Maha Kaccana, ia adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun oleh rekan-rekannya dalam menjalankan kesucian. Dia pasti sanggup menjelaskannya. 'Bagaimana kalau kita datang menghadap kepadanya untuk mohon penjelasan ?'

11. Kemudian mereka pergi ke Yang Arya Maha Kaccana, setelah mereka saling menyapa dalam suasana ramah tamah, para bhikkhu duduk pada satu sisi, lalu mereka menceriterakan apa yang terjadi pada Yang Arya Maha Kaccana, dan mereka menambahkan : 'Biarlah Yang Arya Maha-Kaccana membabarkan kepada kami'.

12. 'Wahai Teman-teman, bagaikan seseorang yang sedang memerlukan hati kayu, yang sedang mencari hati kayu, dan mengembara mencari hati kayu, kemudian mendapatkan pengertian bahwa hati kayu harus dicari di antara dahan-dahan dari sebuah pohon besar yang memiliki hati kayu, setelah sebelumnya mencari di antara akar dan batang pohon itu. Demikian pula dengan kalian, oh, para bhikkhu, karena kalian sudah memiliki pengertian maka kalian harus bertanya tentang arti ucapan tersebut, yang mana sebelumnya berta­nya dan berhadapan langsung kepada Yang Mulia, karena dalam hal pengliha­tan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah sang Mata, Beliau adalah sang Pengetahuan, Beliau adalah Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata adalah seorang penyambung lidah (perantara), seorang pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti Dhamma, seorang pemberi Jalan Kehidupan kekal. Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut. Sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kalian maka beliaupun harus mengin­gatnya.

13. 'Memang betul, teman Kaccana, dalam hal Pengetahuan, Yang Mulia mengeta­huinya semua; dalam hal penglihatan; memang betul Beliau adalah sang mata, beliau adalah Sang Pengetahuan, beliau adalah Sang Dhamma; memang betul Sang Tathagata, adalah seorang penyambung Lidah, seorang pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti Dhamma, seseorang pemberi jalan ke kehidupan kekal. Memang betul kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tadi, dan sebagaimana beliau menjelaskan kepada kalian maka kalian pun harus men­gingatnya. Tetapi Yang Arya Maha Kaccana adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun teman-teman dalam kehidupan suci. Dia pasti sanggup menjelaskan secara terperinci arti daripada intisari sing­kat yang diberikan oleh Yang Mulia tanpa penjelasan terperinci. Biarkan­lah Yang Arya Maha Kaccana membabarkannya dengan tidak bersusah payah.

14. 'Jikalau demikian, teman-teman dengarkanlah dan patuhilah apa yang aku katakan'. 'Memang seharusnya demikian, Sobat', para bhikkhu menjawab. Yang Arya Maha Kaccana mengatakan sebagai berikut :

15. 'Teman-teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan :

"Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terja­di pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal inilah adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, kein­ginan akan sesuatu dan kebodohan; "Inilah adalah akhir dari upaya men­gandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselihan pergula­tan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas". Menurut pengertianku arti rincian tersebut adalah sebagai berikut :

16. 'Bergantung pada mata dan bentuk-bentuk benda maka kesadaran akan pengli­hatan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk benda pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terlihat oleh mata.

'Bergantung pada telinga dan bentuk-bentuk suara maka kesadaran akan pengendaraan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa­yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan sesorang pengertian akan bentuk-bentuk suara pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terdengar oleh telinga.

'Bergantung pada hidung dan aroma wangi-wangian maka kesadaran akan penciuman timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. 'Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan aroma wangi-wangian pada masa lam­pau, masa akan datang dan masa kini, yang tercium oleh hidung.

'Bergantung pada lidah dan rasa maka kesadaran akan cita rasa timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah yang dia kembangkan sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberi­kan seseorang pengertian akan cita rasa (jenis-jenis rasa) pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terkecap/terasa oleh lidah.

'Bergantung pada badan jasmani maka kesadaran akan bentuk-bentuk jasmani timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetu­lan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kem­bangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk jasmani pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh badan jasmani.

'Bergantung pada pikiran dan ajaran-ajaran benar maka kesadaran pikiran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetu­lan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kem­bangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian tentang ajaran benar pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh pikiran.

17. Apabila terdapat mata dan bentuk-bentuk benda dan kesadaran penglihatan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengendal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifesta­si pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk menge­nal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penilaian akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat telinga dan suara dan kesadaran pendengaran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabi­la terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat ma­nifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka adalah hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat hidung dan aroma wangi-wangian dan kesadaran penciuman, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi sesorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifes­tasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan beragai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat lidah dan cita rasa dan kesadaran pengecapan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifesi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseo­rang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk menge­nal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk dan kesadaran akan bentuk jasmani, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pera­saan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal ma­nifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat pikiran dan ajaran benar kesadaran pikiran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabi­la terdapat manifestasi kontak, hal ini perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengeritan maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifesta­si pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk menge­nal manifestasi dari keadaan di mana seseoarang terjangkau oleh penilaian berbagai macam-macam pengertian.

18. Apabila tidak terdapat mata maupun bentuk maupun kesadaran akan pengliha­tan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang ter­jangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat telinga dan suara maupun kesadaran pendengaran maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseo­rang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat hidung maupun aroma wangi-wangian maupun kesada­ran penciuman maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifes­tasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam penger­tian.

'Apabila tidak terdapat lidah maupun cita rasa maupun kesadaran pengeca­pan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi maka dalam hal ini adalah tidak mungkin seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh manifestasi akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat badan jasmani maupun bentuk-bentuk maupun kesada­ran akan bentuk badan jasmani maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi pera­saan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk menge­nal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifesta­si pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat pikiran maupun ajaran-ajaran benar maupun kesada­ran pikiran maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifesta­si perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi peng­ertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan di mana seseorang ter­jangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

19. 'Teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci yakni beliau mengucapkan : "'Para Bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang sumbernya adalah sebagai berikut :

Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, kein­ginan akan sesuatu dan kebodohan; "Inilah adalah akhir dari upaya mengan­dalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselihan pergula­tan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor ; disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas", Demikianlah menurut pengertianku arti dari rincian tersebut.

'Sekarang, teman-teman, apabila kalian mau, pergilah ke Yang Mulia dan tanyailah kepada Beliau tentang arti dari ucapan tersebut. Sebagaimana Yang Mulia menerangkan kepada kalian, demikian pula kalian harus mengin­gatnya'.

20. Kemudian para bhikkhu merasa puas, dan bergembira akan kata-kata Yang Arya Maha Kaccana. Mereka bangkit dari duduknya dan pergi kepada Yang Mulia dan setelah memberi hormat kepada Beliau mereka duduk pada salah satu sisi, kemudian mereka menceriterakan kepada Beliau semua apa yang telah terjadi setelah Yang Mulia meninggalkan mereka, dan mereka menam­bahkan : 'Kemudian, Yang Mulia, kami pergi ke Yang Arya Maha Kaccana dan bertanya kepadanya tentang arti ucapan tersebut dan Yang Arya Maha Kacca­na telah menerangkan arti dari ucapan Yang Mulia secara jelas dengan alasan-alasannya serta ungkapan-ungkapannya hingga kesuku katanya.

21. 'Maha Kaccana adalah seorang yang bijaksana, oh para bhikkhu, Ia mempun­yai pengertian yang hebat. Seandainya kalian bertanya kepadaku akan arti dari ucapan tadi akupun akan memberi jawaban yang sama seperti apa yang diterangkan oleh Maha Kaccana kepada kalian. Memang demikianlah arti ucapan tersebut sehingga harus mengingatnya'.

22. 'Setelah itu Yang Arya Ananda berkata kepada Yang Mulia ;

'Yang Mulia bagaikan seorang yang lelah karena lapar dan lemah, menemukan bola madu (kembang gula), dia akan menemukan rasa manis, dan murni ketika menyantapnya. Demikian pula Yang Mulia, setiap bhikkhu yang mempunyai kemampuan berfikir, sewaktu mengamati dengan penuh perhatian akan arti dari pembicaraan Dhamma ini, akan menemukan kepuasaan dan rasa percaya diri dengan hati yang teguh. Yang Mulia, apakah nama dari pembicaraan Dhamma ini ?'

"Untuk pertanyaan itu, Ananda, engkau boleh menamakan pembicaraan Dhamma ini dengan "Pembicaraan Kembang Gula" '

Itulah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia. Yang Arya Ananda merasa puas, dan dia merasa senang akan ucapan-ucapan Yang Mulia.

Popular Posts