Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA

Pendahuluan

Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keinginan rasa melainkan Jhana); yang menjadi milik Maut ( segala sesuatu yang berkondisi akan hancur, berantakan, mati, dan sebagainya); apa saja yang bukan milik Maut (keadaan tanpa kondisi, Nibbana, atau tanpa kematian). Seorang guru yang tidak mengetahui cara membedakan hal-hal ini karena benaknya masih bingung, akan membimbing pengikutnya menuju ketidak-bahagiaan dan penderitaan. Sebaliknya seorang penggembala yang trampil mengetahui semua dunia jadi dapat membawa seluruh gembalaannya melintasi Sungai Gangga. Gembala yang dibawanya melintasi sungai (pencemaran) termasuk banteng (para Arahat), ternak yang kuat (Anagami - yang tidak kembali ke dunia), sapi-sapi muda (Sakadagami - yang lahir sekali lagi) dan ternak yang lemah (Sotapanna - pelawan arus), dan anak sapi lembut yang baru lahir (mereka yang mahir dalam Dhamma, penuh keyakinan dalam Dhamma). Sang Buddha menyatakan bahwa dia adalah orang yang trampil dalam pengetahuan mengenai hal-hal diatas dan sebab itu dialah yang dapat membimbing pengikutnya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan.

Sutta (34)


CULA GOPALAKA SUTTA

( 34 )

1. Demikianlah telah saya dengar:

Pada suatu saat Sang Bhagava sedang tinggal di negeri Vajjian di Ukkacela di tepi Sungai Gangga. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu demiki­an: "Para Bhikkhu".

"Yang mulia," mereka menjawab. Sang Bhagava berkata sebagai berikut:

2. "Para bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Nagadha yang sejak lahir kurang mengerti dan di akhir bulan Musim Hujan, di waktu Musim Gugur, ia mengabaikan untuk memeriksa dekat pinggir Sungai Gangga atau di daerah pantai seberang, ia menggembalakan ternaknya ke tempat yang tidak ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang lainnya di negeri Videhan. Kemudian ternak itu berkumpul bersama-sama di tengah arus dalam Sungai Gangga, dan ternak-ternak itu mendapat bencana. Mengapa demikian? Karena penggembala Magadha yang membawanya kurang pengetahuan dan di waktu akhir bulan Musim Hujan, di Musim Gugur, mengabaikan untuk memeriksa dekat pantai Sungai Gangga atau pantai seberangnya, ia menggembalakan ternaknya ke tempat tidak ada arungan untuk dilintasi menuju pantai seberang lainnya di negeri Videhan."

3. "Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana yang tidak trampil dalam dunia ini dan dunia lainnya, tidak trampil yang menjadi milik Mara dan apa yang bukan miliknya, dan tidak trampil menjadi milik Maut dan apa yang bukan miliknya, hal itu akan lama karena ketidak bahagiaan dan penderitaan dari orang-orang (mereka) yang akan memahami penderitaan itu karena cocok untuk didengar dan cocok untuk menaruh kepercayaan di dalamnya.

4. "Para Bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Magadha yang sejak lahir mempunyai pengetahuan dan di akhir bulan Musim Hujan, di akhir bulan Musim Hujan, di waktu Musim Gugur, setelah memeriksa dekat pantai Sungai Gangga dan pantai seberangnya, ia menggiring ternaknya ke tempat yang ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang lainnya di negeri Videhan. Ia mem­buat si banteng, si bapak dan pemimpin ternak itu menyeberang lebih dahulu, dan mereka menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang. Ia menjinakkan ternak yang kuat dan ternak ini setelah dijinakkan melintas sungai berikutnya, dan ternak-ternak itu juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai berikut. Ia membuat ternak sapi yang muda untuk menyeberangi berikutnya, dan ternak-ternak itu juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang. Pernah ada seekor anak sapi yang lemah yang baru lahir, dan masih menginginkan lenguhan induknya, ia juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai yang agak jauh. Mengapa bisa demikian? Karena penggembala Magadha sejak lahir sudah berpenge­tahuan, dan di akhir bulan Musim Hujan, di waktu Musim Gugur, setelah memerik­sa dekat pantai Sungai Gangga dan pantai seberang berikutnya, ia menggembala­kan ternaknya ke tempat yang ada arungan untuk diseberangi menuju pantai lainnya di negeri Videhan."

5. Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana trampil di dunia ini dan dunia lainnya, trampil dalam apa yang menjadi milik Mara dan apa yang bukan miliknya, trampil dalam apa yang menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan miliknya, kesejahteraan dan kebahagiaan akan lama lagi bagi orang-orang yang akan memahami ajaran kebenaran sebagai hal yang layak untuk didengar dan layak untuk dipercaya.

6. "Para bhikkhu. tepat seperti para banteng, para induk dan para pemimpin ternak, yang menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seber­ang, begitu juga para bhikkhu yang menjadi Arahat, yang tanpa noda, yang mengarungi kehidupan ini, melakukan apa yang harus dilakukan, meletakkan beban keduniawian, mencapai tujuan yang tertinggi, menghancurkan belenggu manusia, dan melalui pengetahuan akhir yang benar, terbebaskan dengan menyongsong arus Mara, dan sudah tiba dengan selamat di pantai seberang.

7. Tepat seperti ternak yang kuat dan ternak yang sudah dijinakkan menyong­song arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang telah menghancurkan lima unsur belenggu yang akan lahir kembali langsung di alam Anagami dan disana mencapai Nibbana tanpa kembali ke dunia, juga akan menyongsong arus Sang Mara, dan tiba dengan selamat di pantai seber­ang.

8. Tepat seperti sapi muda yang menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang dengan menghancur­kan tiga unsur belenggu dan dengan melemahkan hawa nafsu, kebencian dan khaya­lan adalah Sakadagami (yang kembali sekali lagi ke dunia), juga akan menyong­song arus Sang Mara, tiba dengan selamat di pantai seberang.

9. Tepat seperti anak sapi dan ternak yang lemah juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang dengan menghancurkan tiga belenggu adalah para Sotapanna, yang harus kembali ke dunia tujuh kali, tidak lagi jatuh dalam neraka, dengan kepastian menuju pencerahan yang sempurna, juga akan, menyongsong arus Sang Mara, dan tiba dengan selamat di pantai seberang.

10. Tepat seperti anak sapi yang lemah dan baru saja dilahirkan yang masih membutuhkan lenguhan induknya, juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang mahir dalam dhamma, penuh keyakinan dalam dhamma juga akan menyongsong arus Sang Mara dan tiba dengan selamat di pantai seberang.

11. Para bhikkhu, seorang Buddha trampil dalam dunia ini dan dunia selanjut­nya, trampil dalam apa yang menjadi milik Sang Mara dan apa yang bukan milik­nya, dan trampil dalam apa yang menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan menjadi miliknya. Orang-orang akan merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi yang akan memahami ajaran Buddha sebagai hal yang layak didengar dan layak untuk dipercayai."

12. Inilah apa yang Sang Bhagava katakan. Tatkala Sang Bhagava telah katakan hal itu, Sang Bhagava katakan lebih lanjut :

Alam ini dan alam selanjutnya kedua-duanya,

Telah dijelaskan dengan sempurna oleh Dia yang mengetahui,

Dan apa yang masih dalam cengkeraman Mara

Dan apa yang diluar cengkeraman Mara

Mengetahui secara langsung seluruh alam,

Yang telah sadar mengerti

Membuka Gerbang Keabadian, jalan menuju

Nibbana dapat dicapai dengan selamat;

Untuk menyongsong arus Mara (sekarang)

Dan menghapuskan, serta menghilangkan akarnya;

Kemudian berbahagialah, para bhikkhu, yang berjuang sekuat tenaga

Dan pastikan tujuanmu ke tempat keselamatan berada.

Popular Posts