Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

024-Rathavinitasutta.

RATHAVINITA SUTTA

( 24 )

Pendahuluan

Sutta yang menggambarkan secara jelas dengan memakai kiasan cara bagai­mana Dhamma seharusnya dipraktikkan. Di waktu yang lampau sampai sekarang di beberapa tempat, suatu perjalanan yang panjang yang harus ditempuh dengan cepat dapat dilakukan hanya dengan sejumlah kuda atau sejumlah kereta kuda. Dari kereta yang pertama yang mengangkut orang dari sebagian perjalanannya, orang itu turun dari kereta yang pertama mencari kereta yang kedua yang sedang menunggu. Kemudian dengan cara yang sama menyucikan kebajikan takkala diprak­tikkan secara penuh akan membawa seseorang mencapai kesucian, dan begitu seterusnya dengan lima tahap kesucian lainnya. Apakah ini yang dimaksud oleh seorang penganut Buddha tidak harus bermeditasi sampai perbuatan atau kebaji­kan moralnya cukup suci (murni) ? Tidak, kiasan seharusnya tidak ditekankan terlalu jauh. Bila sesorang dengan serius berusaha untuk, menyucikan diri dengan mengikuti / menjalankan ajaran - lima sila, - delapan sila, sepuluh sila atau 227 sila, kemudian orang boleh berusaha bermeditasi - dan mencapai sukses. Tetapi bila menyempurnakan ajaran kesucian telah tiba kemudian pikiran kita akan memasuki meditasi yang mendalam. Tak ada satupun dari tahap kesucian ini dapat dilompati. Suara-suara dapat didengar disana-sini di dunia penganut agama Buddha, suara-suara orang terpelajar dan intelektual yang menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak perlu ada meditasi dan pandangan kesucian akan tiba bila pikiran seseorang dalam kehidupan sehari-hari menurut kategori kelompok Abhidhamma cukup kuat. Suatu pandangan yang sesuai bagi orang-orang yang tidak ingin berusaha bermeditasi ! ( pandangan-pandangan itu selalu " cocok " bagi orang yang pempunyai pandangan demikian, karena mereka menge­luarkan keinginannya yang tersembunyi ). Tetapi adalah tidak mungkin bahwa pandangan mengenai kesucian dan tahap-tahap yang lebih tinggi dapat dicapai tanpa membuat usaha pada saat duduk lama atau berjalan lama, sepanjang waktu dalam pengasingan dan penuh kesadaran. Jadi bila orang mendengar suatu pernya­taan "jalan pintas" ingatlah pada kiasan Kereta estafet. Dan "jalan pintas" sering menghasilkan pengembaraan yang lama !

Sutta (24)

1. Demikianlah telah saya dengar:

Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang tinggal di Rajagaha di Hutan Bambu, di Cagar Alam Tupai.

2. Kemudian sejumlah bhikkhu dari tanah kelahiran Yang Diberkahi yang telah melewatkan Musim Hujan (vasa) di sini mengunjungi Sang Bhagava, dan setelah memberikan penghormatan kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi. Ketika mereka telah berbuat demikian, Sang Bhagava bertanya kepada mereka : " Para bhikkhu, siapakah yang ada di tanah kelahiran-Ku yang dihargai oleh para bhikkhu dari tanah kelahiran-Ku, kawan-kawannya dalam hidup menyepi, dengan cara ini : Kepada para bhikkhu yang berkeinginan sedikit Beliau bicara menge­nai berkeinginan sedikit; Kepada para bhikkhu yang puas beliau bicara menge­nai kepuasan; Kepada para bhikkhu yang hidup menyepi Beliau bicara mengenai hidup menyepi; Kepada para bhikkhu yang hidup menyepi dari masyarakat Beliau bicara mengenai hidup menyepi dari masyarakat ; Kepada para bhikkhu yang giat beliau bicara mengenai kegiatan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam kebajikan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam kebajikan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam konsentrasi Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam konsentrasi; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pengertian beliau bicara kesempurnaan dalam pengertian ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pembebasan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam pembebasan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pengertian dan pengetahuan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam pengertian dan pengetahuan ; siapakah yang mem­beri nasihat, informasi, perintah, dorongan rangsangan dan anjuran teman-temannya dalam kehidupan bertapa?"

"Yang Mulia, Yang Mulia Mantaniputta menyebut Punna dihargai di tanah kelahiran oleh para bhikkhu dari tanah kelahiran itu, teman-temannya dalam kehidupan bertapa, dengan cara ini : kepada yang berkeinginan sedikit, beliau bicara kepada para bhikku mengenai keinginan yang sedikit .... rangsangan dan anjuran teman-temannya dalam kehidupan bertapa.

3. Sekarang, pada kesempatan itu Bhante Sariputta duduk dekat Sang Bhagava. Kemudian Bhante Sariputta berpikir : Yang Mulia Punna Mantaniputta beruntung, ia beruntung besar sehingga teman-temannya yang bijak dalam kehidupan bertapa memujinya dengan sempurna dalam menjawab pertanyaan Sang Guru. Sekarang, andaikata pada suatu waktu atau kesempatan lain, kita akan bertemu dengan Yang Aria Punna Mantaniputta dan bercakap-cakap dengannya ?"

4. Kemudian, ketika Sang Bhagava berdiam di Rajagaha selama Beliau ingin­kan, Beliau berangkat menuju Savatthi dengan langkah yang tenang. Dengan langkah yang mantap, Beliau tiba di Savatthi. Di mana Beliau tinggal di Hutan Jeta, di Taman Anathapindika.

5. Bhante Aria Punna Mantaniputta mendengar : "Sang Bhagava tampaknya telah tiba Savatthi dan tinggal di Hutan Jeta, di Taman Anathapindika." Kemudian Yang Aria Punna Mantaniputta menyiapkan kamar istirahatnya dengan rapi dan mengambil jubah luar dan mangkoknya pergi menuju Savatthi (dan ia pergi) menuju Hutan Jeta, Taman Anathapindika, untuk mengunjungi Sang Bhagava.

Setelah memberi hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi. Setelah ia berbuat demikian Sang Bhagava memerintahkan, membangkitkan dengan menganjur­kannya berdiskusi mengenai Dhamma. Kemudian karena merasa puas dan senang dengan ajaran Sang Bhagava, Yang Aria Punna Mantaniputta bangkit dari tempat duduknya, dan memberi hormat kepada Sang Bhagava, dengan Beliau tetap di posisi kanannya, ia berangkat menuju Hutan Manusia Buta untuk beristirahat.

6. Kemudian seorang bhikkhu mengunjungi Yang Aria Sariputta dan berkata kepada beliau : "Kawan Sariputta, Bhikkhu Punna Mantaniputta yang anda kagumi baru saja diperintahkan, didesak, dibangkitkan dan dianjurkan oleh Sang Bhaga­va berdiskusi mengenai Dhamma dan merasa puas dan senang dengan ajaran Sang Bhagava, ia sekarang telah bangkit dari tempat duduknya, dan memberi hormat kepada beliau, dengan meninggalkan beliau di sisi kanannya, ia pergi menuju Hutan Manusia Buta ( ) untuk beristirahat."

7. Kemudian Yang Mulia Sariputta dengan cepat mengambil tikar dan mengikuti di belakang Yang Aria Punna Mantaniputta, ia terus mengikutinya. Kemudian Yang Aria Punna Mantaniputta memasuki Hutan Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di bawah pohon. Dan Yang Aria Sariputta memasuki Hutan Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di bawah pohon.

8. Kemudian, pada waktu sore hari, Yang Aria bangun dari meditasi, dan mengunjungi Punna Mantaniputta dan saling memberi hormat dengannya, dan ketika pembicaraan yang penuh ramah tamah dan sopan santun selesai, ia duduk di satu sisi. Ketika selesai melakukan hal itu, ia berkata kepada Yang Aria Punna Mantaniputta :

9. "Apakah kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava, kawan(avuso) ?"

"Ya, kawan."

"Tetapi, kawan, apakah untuk tujuan kesucian kebajikan itu sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pikiran?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pandangan ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan mengatasi keraguan?"

"Bukan, kawan."

"kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan apa yang bukan ajaran itu ?"

"Bukan, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai jalan itu ?"

"Bukan, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan pengetahuan dan pandangan ?"

"Tidak, kawan."

"Kawan , ketika ditanya: "Selain dari itu, kawan, apakah itu untuk tujuan penyucian sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava", anda menjawab: "Tidak, kawan", dan ketika ditanya: "Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan mengatasi keraguan ... penyucian dengan pengetahuan dan pandangan apa yang ada dan apa yang bukan ajaran itu ... penyucian dengan pengetahuan dan pandangan Jalan itu ... penyucian dengan pengetahuan dan pandangan " anda menjawab: "Tidak, kawan". Kemudian untuk tujuan apakah kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"

10. Kawan, itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui tidak melekat sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava.

11. "Tetapi, kawan, apakah penyucian kebajikan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Tetapi, kawan, apakah penyucian pikiran Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian pandangan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian mengatasi keraguan dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan apa yang bukan Ajaran Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai jalan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan pandangan dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Ketika ditanya: "Selain dari, kawan, apakah penyucian kebajikan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?" Anda menjawab: "Tidak, kawan", dan ketika ditanya: "Kemudian apakah penyucian pikiran ... penyucian pandangan ... penyu­cian dengan mengatasi keraguan ... penyucian dengan pandangan dan pengeta­huan mengenai Jalan ... penucian pengetahuan dan pandangan Nibbana dengan melalui tidak melekat?" anda menjawab: "Tidak, kawan" . Tetapi bagaimanakah seharusnya memahami arti dari pertanyaan-pertanyaan itu ?"

12. "Kawan, bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian kebajikan sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat, Beliau mungkin akan menjabarkan apa yang masih disertai dengan kemelekatan sebagai Nibbana dengan melalui tidak mele­kat. Bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan mengatasi keraguan ... penyucian dengan penge­tahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan bukan Ajaran ... penyucian dengan pengetahuan dan pandangan sebagai NIbbana dengan melalui tidak melekat, Beliau mungkin akan telah menjabarkan apa yang masih disertai kemelekatan sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat. Dan bila apa yang tanpa Dhamma adalah Nibbana dengan melalui tidak melekat, kemudian orang biasa mungkin akan telah mencapai Nibbana, karena orang biasa berada tanpa Dhamma ini."

13. Seperti itulah, kawan, saya akan memberi anda kiasan, karena seorang yang bijak mengerti dengan memakai kiasan arti dari apa yang dikatakan itu. Andaikata Raja Pasenadi dari Kosala selagi tinggal di Savatthi mempunyai sejumlah urusan penting yang harus diselesaikan di Saketa, dan upaya antara Savitthi dan Saketa tujuh kereta lari beranting disiapkan untuknya; dan kemud­ian Raja Pasenadi dari Kosala keluar dari dalam pintu istana di Savatthi dan naik kereta yang pertama; dan dengan memakai kereta pertama ia tiba di kereta yang kedua; dan dengan memakai kereta kedua ia tiba di kereta ketiga ... dengan memakai kereta ketiga ia tiba di kereta keempat ... dengan memakai kereta keempat ia tiba di kereta kelima ... dengan memakai kereta kelima ia tiba di kereta keenam ... dengan memakai kereta keenam ia tiba di kereta ketujuh , dan dengan kereta ketujuh ia telah tiba di dalam pintu istana di Saketa. Kemudian, ketika ia telah tiba di dalam pintu istana, kawan-kawan dan kenalannya, sanak keluarganya, bertanya kepadanya : "Tuan, apakah anda datang dari Savatthi dengan memakai kereta ini ke dalam pintu istana di Saketa?" Kemudian bagaimana Raja Pasenadi harus menjawab agar pertanyaannya benar?"

"Agar jawabannya benar, kawan, ia akan menjawab demikian: "Selagi saya tinggal di Savatthi, saya mempunyai urusan penting yang harus diselesaikan di Saketa. Dan antara Savatthi dan Saketa disiapkan tujuh kereta beranting untuk saya. Kemudian saya keluar dari dalam pintu istana di Savatthi dan naik kereta yang pertama dan dengan memakai kereta yang pertama saya tiba di kereta kedua ... dan dengan memakai kereta ketujuh saya tiba di dalam pintu istana di Saketa . "Agar jawabannya benar ia harus menjawab demikian."

14. Begitu juga, kawan , penyucian kebajikan mempunyai penyucian pikiran sebagai tujuannya; penyucian pikiran mempunyai penyucian pandangan sebagai tujuannya; penyucian pandangan mempunyai penyucian dengan mengatasi keraguan sebagai tujuannya; penyucian dengan mengatasi keraguan mempunyai penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan bukan Ajaran seba­gai tujuannya; penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan bukan Ajaran mempunyai penyucian pengetahuan dan pandangan mengenai Jalan sebagai tujuannya; penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mengenai Jalan mempunyai penyucian dengan pengetahuan dan pandangan sebagai tujuannya; penyucian dengan pengetahuan dan pandangan mempunyai Nibbana dengan melalui tidak melekat sebagai tujuannya. Itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui tidak melekat sehingga kehidupan bertapa hidup dibawah Sang Bhagava.

15. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Sariputta bertanya pada Yang Aria Punna Mantaniputta : "Siapakah nama Yang Aria, dan bagaimana kawan-kawannya dalam kehidupan bertapa mengenalnya ?"

"Nama saya Punna, kawan, dan kawan-kawan dalam kehidupan menyepi menge­nal saya sebagai Mantaniputta."

"Bagus sekali, kawan, penjelasan anda mengagumkan; setiap pertanyaan yang sulit telah dijawab dengan sempurna oleh Yang Aria Punna Mantaniputta sebagai murid terpelajar yang mengetahui Ajaran Sang Guru sebagaimana adanya. Suatu manfaat bagi kawan-kawannya dalam hidup menyepi, suatu manfaat besar bagi mereka, sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk mengenalnya dan meng­hormatinya. Dan seandainya dengan menutup kepala mereka dengan bantal sambil nengingat Yang Aria Mantaniputta sehingga kawan-kawannya dalam kehidupan menyepi mendapat kesempatan mengenalnya dan menghormatinya, mereka akan menda­pat manfaat, mereka akan mendapat manfaat besar. Dan kita mendapat manfaat, kita mendapat manfaat besar, karena kita mempunyai kesempatan untuk mengenal Yang Aria Punna Mantaniputta dan menghormatinya.

16. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Punna Mantaniputta bertanya kepada Yang Aria Sariputta : "Siapakah nama anda Yang Aria, dan bagaimanakah kawan-kawan dalam pertapaan mengenal anda ?"

"Nama saya Upatissa, kawan, dan kawan-kawan dalam kehidupan bertapa mengenal saya sebagai Sariputta."

"Benar-benar, kawan , kami tidak mengetahui bahwa kami sedang bercakap-cakap dengan Yang Aria Sariputta, murid yang menyerupai Sang Guru. Seandainya kami tahu bahwa banthe adalah Yang Aria Sariputta, kami seharusnya tidak akan memberi penjelasan demikian banyak. Bagus sekali, kawan, bagus sekali; setiap pertanyaan sulit telah dikatakan dengan sempurna oleh Yang Aria Sariputta sebagai murid terpelajar yang mengenal ajaran Sang Guru sebagaimana adanya. Kawan-kawannya yang hidup bertapa beruntung, mereka beruntung besar, karena mereka mempunyai kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya. Dan seandai­nya dengan menutup kepala mereka dengan bantal sambil mengingat Yang Aria Sariputta dalam hidup menyepi sehingga mereka mendapat kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya, mereka akan mendapat manfaat besar, mereka mendapat manfaat besar, kita mendapat manfaat besar, karena kita mempunyai kesempatan mengenal Yang Aria Sariputta dan menghormatinya."

Begitulah dua Naga (Arahat) besar saling mengagumi penjelasan masing-masing.

Popular Posts