Search This Blog
TRIPITAKA Merupakan kitab suci Agama Buddha yang tersusun dengan rapi dimana setiap Tripitaka merupaka tiga keranjang mustika dari Ajaran Shang Buddha.keterangan lebih lanjut dapat hubungi Alamat E_mail :www.candasilo77@yahoo.co.id oleh :Tjung teck S.Ag
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
019-Dvedhavitakkasutta.
DVEDHAVITAKKA SUTTA
(19)
1. Demikianlah saya dengar
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi. Di
"Ya, Bhante," jawab mereka.
Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:
"
2. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan keteguhan hati, sebuah pikiran keinginan nafsu (
3. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan keteguhan hati, sebuah pikiran kemauan jahat (vyapada) muncul padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kemauan jahat muncul padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku, penderitaan orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat kebijaksanan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada pemikiran kemauan jahat muncul dalam diriku, saya meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya.
4. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan keteguhan hati, sebuah pikiran kejam (vihimsa) muncul padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kejam muncul padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku, penderitaan orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpling dari arah mencapai nibbana.' Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku sendiri,' hal itu mereda dalam diriku. Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada pikiran kejam muncul dalam diriku, saya meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya.
5. "
6.
8 .
Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran terganggu, maka pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.
Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran terganggu, maka ‘pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.
10.
11.
Agak bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek), vicara (obyek telah tertangkap), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran. Dengan meninggalkan vitakka dan vicara, saya mencapai dan berada dalam Jhana II yang disertai ‘percaya diri’ (sampasadanam), pemusatan pikiran, kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran, tanpa vitakka dan tanpa vicara.
Dengan lenyapnya kegiuran (piti), saya diliputi ketenangan, penuh perhatian (sati) dan kebahagiaan jasmani saya mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh para ariya sebagai: "Ia senang karena memiliki ketenangan dan perhatian (sati)."
Dengan lenyapnya kebahagiaan (sukha) dan penderitaan (dukkha) jasmani, yang didahului oleh lenyapnya ‘kebahagiaan dan penderitaan batin’ (somanassadomanassa), saya mencapai dan berada pada Jhana IV, yang tanpa dukkha (adukkha) dan tanpa sukha (asukha) disertai 'perhatian dan keseimbangan suci’ (upekhasati-parisuddhi).
12. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada 'pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan yang lampau' (pubbenivasanussatinana).
Saya mengingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu: satu kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penjadian dunia (samvattakappa), banyak kappa penghancuran dunia (vivattakappa), dan banyak kappa penjadian dan penghancuran dunia (samvattavivat-takappa): "Di sana saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; meninggal dari sana, saya terlahir kembali di tempat-tempat lain; di sana pun saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; dan meninggal dari alam itu, saya terlahir di sini. Demikianlah, dengan rinci dan khusus, saya mengingat banyak kelahiran yang lampau.
Inilah pengetahuan pertama yang saya capai pada masa pertama di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan waspada.
13. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada 'pengetahuan tentang lenyap dan munculnya makhluk-makhluk' (cutupa-patanana). Dengan pandangan mata dewa (dibbacakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap (meninggal) dan muncul (lahir) kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma mereka, sebagai berikut: "Makhluk-makhluk ini yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan perbuatan dan pikiran, menghina para ariya, berpandangan keliru, melakukan perbuatan berdasarkan pandangan keliru mereka, setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang menyedihkan, bahkan di neraka; sedangkan makhluk-makhluk yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan, perbuatan dan pikiran, tidak menghina para ariya, berpandangan benar, melakukan perbuatan berdasarkan pada pandangan benar, setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam keadaan menyenangkan, di alam yang membahagiakan, bahkan di surga." Demikianlah dengan dibba cakku yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma mereka.
Inilah pengetahuan kedua yang saya capai pada masa kedua di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan waspada.
14. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap, dan mencapai ketenangan, saya mengarah batin (citta) pada 'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin' (asavanamkhayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Lenyapnya Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab Kekotoran-kekotoran batin" Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan kekotoran-kekotoran batin."
Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava), 'Kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran-batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul pengetahuan: "Telah terbebas". Saya memiliki pengetahuan: "Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi sesuatu di seberang
Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa ketiga di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan waspada.
15.
Para bhikkhu, demikianlah saya telah membuka Jalan Mulia yang aman, damai dan meyenangkan, serta telah menutup Jalan Salah, dan telah membuang umpan Nandiraga, nafsu kemelekatan, juga telah melenyapkan betina pemikat, kebodohan, Avijja. Apapun yang harus dilakukan berdasarkan kasih sayang oleh seorang guru yang berkeinginan untuk mensejahterakan para siswanya, hal itu telah saya lakukan demi kasih sayangku pada anda sekalian.
Demikianlah kata-kata Sang Bhagava.