Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

023-Vammikasutta.

VAMMIKASUTTA

(23)

Demikianlah telah kudengar:

Suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi, sedangkan Bhikkhu Kassa­pa Yunior sedang berada di hutan orang-orang Buta. Ketika malam menjelang pagi sesosok dewa berkulit cemer­lang, menerangi seluruh hutan Orang-orang Buta, mendekati Bhikkhu Kassapa yunior dan berdiri di samping. Dengan berdiri di situ, dewa ini berkata kepada Bhikkhu Kassa­pa yunior: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di malam hari dan terbakar di siang hari. Seorang brahmana berkata: "Bawalah alat orang pandai, galilah." Orang yang pandai menggali ketika telah membawa alat, lalu melihat baut dan berkata: "Baut yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata lagi: "Buang baut, mulailah menggali dengan membawa alat, lalu melihat katak dan berkata: "Katak yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata: "Buanglah jalan kecil yang bercabang, galilah, orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah membawa alat, lalu melihat saringan dan berkata: "Saringan yang dipuja-puja." Brahmana berkata: Orang pandai menggali ketika telah membawa alat, lalu melihat kura-kura dan berkata: Buang kura-kura, galilah orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah membawa alat lalu melihat rumah jagal dan berkata: "Buang rumah jagal, galilah, orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah membawa alat, lalu melihat sepotong daging dan berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata." Buang sepotong daging, galilah orang pandai, bawalah alat, lalu melihat ular kobra dan berkata: "Ular kobra yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata:L "Biarkan ular kobra itu, jangan disentuh, hormatilah." Jika anda, kpetapa, setelah mendekati Sang Bhagava lalu menanyakan masalah ini, maka anda dapat mengingat apa pun yang Sang Bhagava jelaskan. Petapa, saya tidak melihat seorang pun di dunia in, apakah di antara para dewa, Mara, Brahma, atau makhluk apa pun, Brahmana, manusia dewa, yang dapat mengalihkan pikirannya untuk mengu­rakan secara terperinci masalah ini selain Sang Tathagata mendengar (ajaran) dari mereka."

Begitulah uraian sang dewa, yang kemudian lenyap.

Kemudian Yang Mulia Kassapa yunior mendekati Sang Bhagava pada malam nan larut. Setelah dekat, diberinya hormat pada Sang Bhagava, lalu duduk dalam jarak yang hormat. Sete­lah duduk, Yang Mulia Kassapa yunior berkata pada Sang Bhaga­va: "Selama malam ini, Sang Bhagava, ketika malam menjelang pagi, seorang dewa berkulit gemerlapan, menerangi seluruh hutan Orang-orang Buta, mendekati saya. Setelah. Setelah dekat, ia berdiri di satu sisi. Ketika berdiri di satu sisi, Sang Bhagava, dewa tersebut berkata kepada saya: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di malam hari dan terbakar di siang hari. Seorang Brahmana berkata: "Bawalah alat, orang pandai, galilah ..." atau seseorang yang telah pernah menden­gar ajaran dari mereka." Inilah yang sang deva katakan sebe­lum lenyap.

Sekarang, Sang Bhagava, apakah sarang semut itu, apakah yang berasap di malam hari, apakah yang terbakar di siang hari, siapakah Brahmana itu, siapakah orang pandai itu, apakah alat itu, apakah menggali itu, apakah orang pandai itu, apakah alat itu, apakah jalanan kecil yang bercabang itu, apakah saringan itu, apakah kura-kura itu, apakah rumah jagal itu, apakah sepotong daging itu, apakah kobra itu?"

"Sarang semut, petapa, adalah sinonim dari tubuh yang terbentuk oleh empat unsur besar, berasal dari ayah dan ibu, diberi makanan susu asam, sifat alamiahnya gergesek secara konstan, bekerja keras, berhenti, dan tercerai-berai.

Petapa, apa pun yang seseorang pikirkan dan renungkan sepanjang malam menenai hal-hal yang terjadi di siang hari, inilah yang disebut berasap di malam hari.

Petapa, hal-hal apa pun yang dialami sepanjang hari, apakah oleh badan, ucapan, maupun pikiran, akan direnungkan dan direpleksi terhadap mereka sepanjang malam. Inilah yang disebut terbakar di saing hari.

Petapa, seorang Brahmana, adalah sinomim dari Tathaga­ta, orang yang sempurna, orang yang telah benar-benar sadar.

Orang pandai, petapa, adalah sinonim dari petapa yang menjadi pemula.

Alat, petapa, adalah sinonim dari kebijaksanaan berda­sarkan intuisi yang suci.

Menggali, petapa, adalah sinonim dari hasil energi.

Baut, petapa, adalah sinonim dari ketidakpedulian. Buanglah baut, buanglah ketidakpedulian, galilah orang pan­dai, bawalah alat. Inilah artinya.

Katak, petapa, adalah sinonim dari pergolakan kemara­han. Buanglah katak, lenyapkanlah pergolakan kemarahan, galilah orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Jalan kecil yang bercabang, petapa sinonim dari kebin­gungan. Buanglah jalan kecil yang bercabang, lenyapkan kebingungan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Saringan, petapa, adalah sinonim dari lima rintangan: Rintangan dari keinginan pada nafsu indera, rintangan dari kemauan jahat ... malas dan lesu ... gelisah dan cemas, dan kebigungan/keragu-raguan. Buanglah saringan, lenyapkan lima rintangan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah arti­nya.

Kura-kura, petapa, adalah sinonim dari lima kelompok keserakahan. Diuraikan: untuk kelompok keserakahan setelah materi terbentuk, untuk kelompok keserakahan setelah pera­saan, untuk kelompok keserakahan setelah pencerapan, untuk kelompok keserakahan setelah kesadaran. Buang kura-kura, lenyapkan lima kelompok keserakahan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Rumah jagal, petapa, adalah sinonim dari lima pantai kesenangan indera; untuk bentuk-bentuk materi yang disadari oleh mata, disetujui, digemari, disukai, yang menarik, yang berhubungan dengan kesenangan indera, yang memikat; untuk suara-suara yang disadari oleh teling ... untuk bebauan yang disadari oleh lidah ... untuk sentuhan yang disadari oleh jasmani, disetujui, digemari, disukai, yang menarik, berhu­bungan dengan kesenangan indera, yang memikat. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai kesenangan indera. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai kesenangan indera, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Sepotong daging, petapa, adalah sinonim dari nafsu kesenangan. Buang sepotong daging, lenyapkan nafsu kesenan­gan, galilah orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Ular kobra, petapa, adalah sinonim dari petapa yang kebusukannya telah dihancurkan. Biarkan ular kobra itu, jangan disentuh, hormatilah kobra itu. Inilah artinya."

Demikianlah khotbah dari Sang Bhagava. Sangat gembira Yang Mulia Kassapa yunior, gembira mendengar apa yang diurai­kan Sang Bhagava.

Popular Posts