Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

XI.BAGIAN PENEGURAN (Codanakanda)

XI. BAGIAN PENEGURAN
(Codanākaṇḍa)

[160] Seseorang yang menyatakan tidak setuju harus ditanya oleh seorang hakim: “Bhikkhu itu, yang perbuatannya tidak anda setujui, bhikkhu Yang Mulia, karena apa anda tidak setuju dengannya? Apakah anda tidak setuju dengannya karena kegagalan kebiasaan moral, apakah anda tidak setuju dengannya karena kegagalan kelakuan baik, apakah anda tidak setuju dengannya karena kegagalan pandangan benar?” Jika dia seharusnya berbicara demikian: “Saya tidak setuju dengannya karena kegagalan kebiasaan moral, atau Saya tidak setuju dengannya karena kegagalan kelakuan baik, atau Saya tidak setuju dengannya karena kegagalan pandangan benar,” dia seharusnya diberitahukan demikian: “Tetapi apakah Yang Mulia tahu… (lihat MV. 16, 11-15. Daripada jika kamu menangguhkan Undangan bhikkhu ini baca Saya tidak setuju, kamu tidak setuju)… Apakah kamu mencurigai, setelah mendengar dari murid sekte-sekte lain?” [1]

Jika yang terlihat sesuai dengan yang terlihat,[1] maka yang terlihat cocok dengan yang terlihat,
Jika menyangkut yang terlihat dia[2] tidak setuju,[3] dia2 merupakan seorang yang mencurigai kekotoran:
Orang tersebut, dengan pengakuannya,[4] mungkin melaksanakan Proses Ketaatan dengannya. /
Jika yang terdengar sesuai dengan yang terdengar, yang terdengar cocok dengan yang terdengar,
Jika menyangkut yang terdengar… Proses Ketaatan dengannya. /
Jika yang terasa sesuai dengan yang terasa, yang terasa cocok dengan yang terasa,
Jika menyangkut yang terasa… Proses Ketaatan dengannya. [2]

Apa yang merupakan permulaan peneguran, apa yang merupakan pertengahan, apa yang merupakan akhir? Memberikan cuti merupakan permulaan peneguran,[5] pelaksanaan merupakan pertengahan, keputusan merupakan akhir.[6]
Berapa banyak akar peneguran, berapa banyak hal, berapa banyak pemikiran mental?[7] Dengan berapa cara seseorang menegur? Dua akar peneguran, tiga hal, lima pemikiran mental. Dia menegur dengan dua cara.5
Apa yang menjadi dua akar peneguran? Dengan dasar, atau tanpa dasar.7
Apa yang menjadi tiga hal peneguran? Mengenai yang terlihat, yang terdengar, yang dicurigai.7 Ini merupakan tiga hal peneguran.
[161] Apa yang menjadi lima pemikiran mental[8] untuk peneguran? “Saya akan berbicara pada waktu yang tepat, bukan pada waktu yang salah; Saya akan berbicara tentang fakta, bukan yang fiksi; Saya akan berbicara dengan sopan, bukan dengan kasar; Saya akan berbicara tentang apa yang berhubungan dengan tujuan, bukan tentang apa yang tidak berhubungan dengan tujuan; Saya akan berbicara dengan pikiran cinta kasih, bukan dendam kesumat.”7 Ini semua merupakan lima pemikiran mental untuk peneguran.
Apa saja dua cara yang dia gunakan untuk menegur? Dia menegur dengan tubuh dan dia menegur dengan ucapan. Ini merupakan dua cara yang dia gunakan untuk menegur. [3]
Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang yang menegur? Bhikkhu yang lain bisa ditegur oleh seorang penegur yang memegang teguh lima hal: “Saya akan berbicara pada waktu yang tepat, bukan pada waktu yang salah… Saya akan berbicara dengan pikiran cinta kasih, bukan dengan dendam kesumat.” Jadi itu yang harus dilakukan oleh orang yang menegur.
Apa yang harus dilakukan oleh orang yang ditegur? Seseorang yang ditegur seharusnya melakukan dua hal: kebenaran dan tanpa kemarahan.[9] Jadi itu yang harus dilakukan oleh orang yang ditegur.
Apa yang harus dilakukan oleh Sangha? Apa yang telah dikatakan dan apa yang belum dikatakan[10] harus diketahui oleh Sangha. Jadi itulah yang harus dilakukan oleh Sangha.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang hakim? Seperti kasus peradilan itu yang diselesaikan seorang hakim menurut peraturan, menurut peraturan Disiplin, menurut Dispensasi Guru, jadi dia harus menyelesaikan kasus peradilan ini. Jadi itulah yang harus dilakukan oleh seorang hakim. [4]

Untuk tujuan apa adanya Proses Ketaatan, dengan alasan apa adanya Undangan,
Untuk tujuan apa adanya masa percobaan, dengan alasan apa adanya pengembalian kembali ke permulaan,
Untuk tujuan apa adanya mānatta, dengan alasan apa adanya rehabilitasi? /
Proses Ketaatan untuk “menjadi satu kesatuan”, untuk penyucian maka ada Undangan,
Masa percobaan untuk mānatta, mengembalikan kembali ke permulaan adalah untuk pengendalian,
Mānatta, untuk rehabilitasi, untuk penyucian maka ada rehabilitasi. /
Jika dia memaki para Tetua karena keberpihakan, kebencian, ketakutan, kebodohan:
Pada saat kematian, lemah kebijaksanaan, rusak, panca indera hancur,
Dia pergi ke Niraya, manusia dungu yang tidak berpenghormatan untuk pelatihan.[11] /
Tidak tergantung pada hal-hal di dunia maupun tergantung pada individu,[12]
Meninggalkan keduanya, dia seharusnya berurusan dengan hal yang menurut peraturan. /
5 Marah dan menaruh dendam,[13] kasar dan kejam,
Berkata, “Itu sebuah pelanggaran” dia menuduh[14]nya atas apa yang bukan pelanggaran: seorang penegur seperti ini mencelakakan dirinya sendiri.[15] /
Dia berbisik ditelinganya, mencari apa yang tidak jujur,[16] mensahkan di luar keputusan,[17] mengikuti jalan yang salah—
[162] Berkata, “Itu sebuah pelanggaran” dia menuduhnya atas apa yang bukan pelanggaran: seorang penegur seperti ini mencelakakan dirinya sendiri. /
Dia menegur pada saat yang salah, tentang yang fiksi, dengan kasar, apa yang tidak berhubungan dengan tujuan, dia menegur dengan dendam kesumat, tidak dengan pikiran cinta kasih—
Berkata… apa yang bukan pelanggaran… mencelakakan dirinya sendiri. /
Dia tidak tahu apa yang merupakan peraturan dan apa yang bukan peraturan, dia tidak terlatih mengenai apa yang termasuk peraturan dan apa yang bukan—
Berkata… apa yang bukan pelanggaran… mencelakakan dirinya sendiri. /
Dia tidak tahu apa itu Disiplin dan apa yang bukan Disiplin, dia tidak terlatih mengenai Disiplin dan apa yang bukan Disiplin—
Berkata… apa yang bukan pelanggaran… mencelakakan dirinya sendiri. /
10 Dia tidak tahu apa yang telah dikatakan dan apa yang belum dikatakan… /
Dia tidak tahu apa yang merupakan penggunaan[18] dan apa yang bukan merupakan penggunaan… /
Dia tidak tahu apa yang telah ditetapkan dan apa yang belum ditetapkan… /
Dia tidak tahu apa yang merupakan pelanggaran dan apa yang bukan pelanggaran, dia tidak terlatih mengenai apa yang termasuk pelanggaran dan apa yang tidak termasuk pelanggaran… /
Dia tidak tahu pelanggaran ringan dan pelanggaran serius… /
Dia tidak tahu pelanggaran yang dapat dihapuskan dan pelanggaran apa yang tidak dapat dihapuskan… /
Dia tidak tahu apa yang merupakan pelanggaran yang sangat buruk dan apa yang bukan merupakan pelanggaran yang sangat buruk… /
Dia tidak tahu apa yang dulu dan apa yang merupakan pembicaraan kemudian… /
Dia tidak tahu rangkaian kata-kata penghubung, dia tidak terlatih dalam rangkaian kata-kata penghubung—
Berkata, “Itu sebuah pelanggaran” dia menuduhnya atas apa yang bukan merupakan pelanggaran: seorang penegur seperti ini mencelakakan dirinya sendiri. [5]

Disimpulkan merupakan Bagian[19] mengenai Peneguran

Ringkasannya:
Peneguran, dan hakim, permulaan, akar, Proses Ketaatan,
Perbuatan salah[20]
[1] VA. 1361 berbunyi bahwa jika seorang bhikkhu melihat bhikkhu lain meninggalkan tempat atau memasukinya dengan seorang wanita, kemudian dia menegurnya atas pelanggaran yang termasuk Takluk. Bhikkhu tersebut (yang ditegur) tahu bahwa bhikkhu itu menyaksikannya, tetapi dia tidak mengakui Takluk. Jadi, “apa yang terlihat olehnya terlihat olehku”—dan jadi kata-kata ini tentang yang sesuai terlihat. Tetapi sebagaimana bhikkhu tersebut tidak mengakui adanya cacat dalam dirinya atas apa yang telah terlihat, dia (bhikkhu penegur) merupakan yang pertama mencurigai adanya kekotoran pada bhikkhu yang lain. Ketika individu tersebut berkata “Saya bersih”, bagaimanapun juga Proses Ketaatan bisa saja dilaksanakan untuknya.
[2] Menunjuk ke dua bhikkhu yang berbeda, lihat catatan sebelumnya.
[3] Upeti, dilengkapi oleh patijānāti pada VA. 1361.
[4] Bahwa “Saya bersih”.
[5] Lihat Vin. I, 114, 170.
[6] Bdgk. VA. 592 untuk paragraf ini.
[7] Bdgk. VA. 592.
[8] Lima bhūmi lain pada AA. iii, 39 f. Lihat juga Pts. I, 83.

[9] Seperti pada CV. IX, 5, 7. Dia seharusnya berkata sejujurnya apa yang telah dan apa yang belum dilakukan dan tanpa amarah dengan hakim atau Sangha, VA. 1362.
[10] Otiṇṇānotiṇṇo. VA. 1362 berbunyi “Begitu banyak pembicaraan sebelumnya, begitu juga pembicaraan selanjutnya seorang penegur, begitu banyak pembicaraan sebelumnya, begitu juga pembicaraan selanjutnya dari yang ditegur. Sangha juga harus menilai ‘ukuran’ seorang penegur, yang ditegur dan hakim”. Otiṇṇa kelihatan mempunyai arti yang banyak: lihat S. I, 79 (atau, ociṇṇa, yakin?) dan teks di bawah, hal. 170 anotiṇṇa (tidak diletakkan?). Otinṇṇa juga berarti sesuatu seperti “menyelidiki” keduanya secara fisik dan dengan kata-kata dari mulut.
[11] Lihat enam penghormatan di atas, teks hal. 92.
[12] Dia seharusnya tidak tergantung pada keduanya untuk bantuannya.
[13] Seperti pada Vin. ii, 89, kodhano upanāhi.
[14] Ropeti, menuduh, mengajukan tuduhan, lihat Vin. ii, 2, 26, 85, iv, 36. Pada Vin. ii, 261 itu kelihatannya maksudnya membatalkan.
[15] Jhāpeti attānaṁ. Bdgk. Vin. ii, 26 attānaṁ khaṇesi, dan Dhp. 247 mūlaṁ khaṇati attano. Tiada ragu jhāpeti dan khanati pada konteks seperti ini maksudnya menghancurkan. Khata, halaman-halaman khanati diterjemahkan “rusak” lima baris di atas.
[16] Jimhaṁ pekkhati, dijelaskan pada VA. 1363 seperti dosam eva gavesati, hanya mencari cacat atau cela.
[17] Ini merupakan terjemahan sementara vitiharati. Itu ditambahkan pada VA. 1363 sebagai vinicchayaṁ hāpeti, “keputusan” mungkin menunjuk pada keputusan yang diambil dalam kasus peradilan.
[18] Āciṇṇa, apa yang biasa.
[19] Kanda adalah bagian, seksi, paragraf, atau belahan.
[20] Gati di sini menunjuk pada chandā dosā bhayā mohā (dari keberpihakan, kebencian, dll.) pada baris ketujuh dari babak syair kedua. Kolon oldenberg seharusnya datang ke sini dan bukan setelah Proses Ketaatan.

Popular Posts