Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

X.KUMPULAN TAMBAHAN BAIT-BAIT (Aparagathasamganika)

X. KUMPULAN TAMBAHAN BAIT-BAIT
(Aparagāthāsaṁgaṇika)

[158] Untuk tujuan apa peneguran,[1] untuk alasan apa mengingatkan,
Untuk tujuan apa ada Sangha, tetapi dengan alasan apa adanya sikap pengertian?[2] /
Peneguran untuk mengingatkan, untuk pengekangan[3] untuk mengingatkan,
Sangha untuk memberikan penilaian yang tajam,[4] tetapi sikap pengertian merupakan kepribadian./
Jangan berbicara cepat, jangan berbicara dengan kemarahan,[5]
Jangan menimbulkan kebencian jika kamu seorang hakim.[6]/
Jangan berbicara tergesa-gesa menantang[7] pembicaraan yang tidak berhubungan dengan artinya[8]
Dalam Sutta,[9] Vinaya,9 Parivāra,[10] dalam apa yang ditetapkan,[11] dalam kewenangan utama.[12]/
Hati-hati pada prosedur[13] yang semestinya yang dilakukan dengan penilaian yang tajam olehnya,[14]
Dari apa yang dibicarakan dengan baik sesuai dengan peraturan pelatihan, tidak menghancurkan keadaan yang akan datang. /
5 Mencari kesejahteraan, objektif saat apa yang berhubungan dengan tujuan.
Pertimbangkan dengan tidak terburu-buru sikap pembicaraan orang yang ditegur atau si penegur. /
Jika penegur mengatakan dia telah jatuh,[15] jika dia yang ditegur berkata dia belum jatuh—
Keduanya,[16] pelaksanaan,16 harus diselesaikan menurut pengakuan mereka. /
Pengakuan dilaksanakan dengan ketelitian, pengakuan ada bukan di antara ketidaktelitian;
Walaupun banyak bhikkhu yang tidak teliti berkata, “Itu harus dilaksanakan menurut apa yang telah dikatakan”.[17] /
Jenis apakah dari seseorang yang tidak teliti, pengakuannya tidak efektif?[18]
Maka itu Saya menanyakanmu ini: apa jenisnya yang disebut individu yang tidak teliti? /
10 Dia termasuk dalam pelanggaran dengan sengaja, dia menyembunyikan pelanggaran. /
Dan mengikuti perbuatan salah: ini jenisnya yang disebut individu yang tidak teliti. /
“Saya juga mengetahui kebenarannya”[19]—ini jenisnya yang disebut individu yang tidak teliti.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: apa jenisnya yang disebut individu yang teliti? /
Dia tidak termasuk dalam pelanggaran dengan sengaja, dia tidak menyembunyikan pelanggaran,
Dia tidak mengikuti perbuatan salah yang berikut: ini jenisnya yang disebut individu yang teliti. /
“Saya mengetahui kebenarannya”—ini jenisnya yang disebut individu yang teliti.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: apa jenisnya yang disebut seseorang yang menegur tidak menurut peraturan?[20] /
[159] Dia menegur pada waktu yang salah, mengenai fiksi, dengan kekasaran, dan dengan apa yang tidak berhubungan dengan tujuan;
Dia menegur dengan dendam kesumat, tidak dengan pikiran cinta kasih[21]: ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur tidak menurut peraturan. /
15 “Saya juga mengetahui kebenarannya”—ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur tidak menurut peraturan.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: apa jenisnya yang disebut seseorang yang menegur menurut peraturan? /
Dia menegur pada saat yang tepat, mengenai fakta, dengan kesopanan, dengan apa yang berhubungan dengan tujuan,
Dia menegur dengan pikiran cinta kasih, tidak dengan dendam kesumat[22]: ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur menurut peraturan. /
“Saya juga mengetahui kebenarannya”—ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur menurut peraturan.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: apa jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan ketidaktahuan? /
Dia tidak mengetahui yang lebih dulu dan kemudian,[23] dia tidak terlatih mengenai yang lebih dulu dan kemudian,
Dia tidak mengetahui rangkaian kata-kata penghubung, dia tidak terlatih mengenai rangkaian kata-kata penghubung: ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan ketidaktahuan. /
“Saya juga mengetahui kebenarannya”—ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan ketidaktahuan.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: apa jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan bijaksana? /
20 Dia mengetahui yang lebih dulu dan kemudian, dia terlatih menangani yang lebih dulu dan kemudian,
Dia mengetahui rangkaian kata-kata penghubung, terlatih mengenai rangkaian kata-kata penghubung: ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan bijaksana. /
“Saya juga mengetahui kebenarannya”—ini jenisnya yang disebut seseorang yang menegur dengan bijaksana.
Dan Saya menanyakanmu yang lain: menegur disebut apa? /
Dia menegur karena kegagalan kebiasaan moral, kemudian kegagalan kelakuan dan pandangan baik dan benar,
Dan dia menegur karena mata pencaharian salah: untuk itu disebut menegur. /

Disimpulkan merupakan Kumpulan Bait-bait Tambahan[24]

[1] Mengenai peneguran, codanā, dll., lihat CV. IX.
[2] Matikamma, sikap mental; tidak sebaliknya ditemukan pada Pali Canon. VA. 1359 menjelaskannya sebagai mantaggahaṇa (pengertian atau pemahaman mantra-mantra—dalam pengertian Buddhis) di mana, berbunyi, itu merupakan hal penyelidikan individu dan pemikiran para Tetua yang merupakan Suttantika dan bagi mereka yang ahli mengenai Vinaya.
[3] Niggaha, kata sulit, berarti pengekangan, kontrol, celaan, omelan; juga sangkalan. Metode yang biasa, seperti ditemukan pada CV. I, bahwa bhikkhu harus ditegur karena tidak melihat, dll., pelanggarannya, kemudian dibuat mengingatnya, kemudian menuduhnya, agar tindakan resmi Sangha dapat dilaksanakan melawannya. VA. 1359 berbunyi membuat seseorang mengingat sebuah cacat untuk pengekangan, niggaha, dari individu itu.
[4] Pariggaha, VA., baca pariggahaṇa, berbunyi: berkumpul bersama di sana, Sangha dengan tujuan menjelajahi (mencari, menemukan, pariggahaṇa) dan vinicchaya (diskriminasi, investigasi, pertimbangan, dll.). itu untuk pertimbangan apa yang merupakan Dhamma dan apa yang bukan, untuk menemukan apa yang telah yang berjalan baik dan apa yang diinvestigasi dengan buruk, vinicchita.
[5] Caṇḍikata, dengan marah, dengan kasar, dengan “mudah emosi”; bdgk. Pengakuan Kesalahan Para Bhikkhuni 53.
[6] Anuvijjaka, seperti teks di bawah hal. 160 f.; peneliti seksama kasus peradilan, penengah, hakim; seseorang yang mengetahui mengenai hal tersebut. Dia harus merupakan seorang ahli Vinaya.
[7] Viggāhika. VA. 1360, ”Kamu tidak mengetahui Dhamma dan Vinaya ini.”
[8] Atau tujuan, attha.
[9] Di sini, menurut VA. 1360, dua Vibhanga adalah Sutta, Khandhaka adalah Vinaya.
[10] Anuloma, di mana VA. 1360 berbunyi Parivāra.
[11] Ini merupakan keseluruhan Vinaya-pitaka, menurut VA. 1360.
[12] Anulomika, dijelaskan sebagai cattāro mahāpadesa pada VA. 1360.
[13] Anuyogavattaṁ nisāmaya. Ulasan tanpa bantuan di sini.
[14] VA. 1360 kelihatannya berbunyi: diterbitkan oleh si pandai, manusia bijaksana yang, setelah diusir Yang Mahamulia, telah mencapai kesempurnaan pengetahuan. Ayat yang sama pada teks hal. 164 di bawah.
[15] Jika dia mengatakan bahwa bhikkhu yang ditegur telah termasuk dalam pelanggaran
[16] ubho anukkhipanto.
[17] Teks baca vuttānusandhitena : VA. 1361 vattānu-.
[18] Lihat referensi rūhati pada BD. ayat 73 no. 3.
[19] Sebagaimana juga kamu.
[20] Adhammacodaka seperti pada Vin. ii, 249.
[21] Lima cara peneguran ini yang tidak menurut peraturan ini diberikan pada Vin. ii, 250.
[22] Seperti pada Vin. ii, 250.
[23] Apa yang dikatakan lebih dulu dan apa yang dikatakan kemudian, VA. 1361.
[24] Tambahan, atau selanjutnya, apara, tidak ragu berbubungan dengan Bab VIII. Judul Bab XVII adalah Dutiyagāthāsaṁganikā dan tidak dapat dijelaskan dengan mudah. Ulasan VA. 1361 menyebut Bab X dan Bab XVII Dutiyagāthāsaṁganikā tetapi tidak ada usaha penjelasannya.

Popular Posts